14 Hari


Memori. Tempat di mana data dan cerita disimpan dengan sangat teliti dan rapi. Episode jatuh cinta, penantian, kecemasan yang terus saja mencuri ketenangan, rindu yang mengendap juga episode tentang bahagia semua berkumpul dalam secangkir kopi pagi ini.


Secangkir kopi yang mampu mengenang 2015 dari paradigma berbeda. Butirannya adalah energi bagi banyak nyawa yang hampir mati akibat ditikam cinta berulang kali. Seperti reinkarnasi yang mengalami dejavu tanpa henti. Miris, tapi libur 14 hari di tetapkan sedemikian rupa. 14 hari yang terasa seperti mimpi. 14 hari yang membuat saya tertawa, menangis, jatuh, bangkit, kesepian, hangat dan dingin, berjalan, berlari, lalu berhenti.

Saya sadar, manusia memang harus merasakan kebahagiaan dan kesedihan secara bersamaan. Kopi memisahkan jarak antara pahit dan manis, ada pula senyummu yang mengepul dalam setiap seduhan pagi. Kini, kamu mengerti? Jangan! Tetaplah tuli dalam menikam sepi, tetaplah bisu dalam mengepung pilu, dan tetaplah di sini, menemaniku, di akhir cerita 14 hari ini.


Namun...
Melalui luka kita belajar banyak hal. Bahwa tidak segalanya ber-analogi seperti kesempurnaan cinta Yin dan Yang, Langit dan Bumi atau antara realita dan surealita. Segalanya hanya sebuah metafora antara aku dan kamu yang bersatu dalam sebuah ikatan lalu meledak seperti Supernova.


_
Saat bibir menyunggingkan senyum, secangkir kopi bertransformasi menjadi molekul berisi cerita 14 hari paling riang yang pernah ada. Dan saat secangkir kopi mengalami perpisahan, dia adalah elemen tergelap di mana cahaya tidak di izinkan masuk...




***

Komentar