Biarkan Aku Menjadi Pelacur Mimpi
Aku terlahir untuk bermimpi, aku hidup untuk bermimpi, dan aku ada untuk mimpi. Aku adalah pecinta mimpi yang juga mencintaiku di kala hidup hanya menyajikan rotasi bisu dan palsu. Aku adalah pemburu mimpi yang juga memburuku ketika waktu mengalir dalam pelan dan angin menghantar oksigen ketika malam.
Mimpiku beragam, dengan segala visualisasinya yang tidak pernah dapat aku kira, mimpiku senantiasa menjadikan aku raja jagat raya...
Suatu kali, mimpi mengajakku menuju kota para srikandi. Para kurawa berkumpul dalam mesbah sebagai abdi. Dan di antara kicauan burung gagak malam, mimpi menjadikanku panglima yang bertakhta dalam kubah mulia. Tidak ada yang lebih bahagia ketika aku menggenggam pusaka dan menerjemahkan titah dewa-dewa.
Kali lain, mimpi mengajakku menuju awan. Di mana ribuan Bidadari berbaris untuk menyanyikan kidung syukur atas cinta. Melantunkan puisi dengan iringan sangkakala. Seperti Seraphim dengan petikan harpa, mimpi menjadikanku penjaga sungai suci tempat menyimpan cawan dan hosti. Lalu mereka membabtisku dengan nama seorang wali.
Mimpi begitu mencintaiku seperti aku yang mencintai mimpi dengan segenap hati. Mimpi membuatku betah berlama-lama memejamkan mata, mengatur nafas dan menahannya lebih lama di dada, mengheningkan bising sehingga menyusup hampa. Mimpiku sangatlah tabu untuk di selesaikan. Bukan hakku lagi untuk menyudahi setiap sajian istimewa yang ia tawarkan.
Namun akhirnya timbul keberanian. Untuk membuka kelopak yang telah berkarat karena demikian lamanya di biarkan rapat, menutup jalur masuk pernapasan untuk mengusik kerja paru-paru dan diafragma, memerintahkan serabut otot yang berdecit tatkala di asingkan dari segala bentuk pergerakan badan.
Aku terlahir karena bermimpi, aku hidup karena bermimpi, dan aku ada karena mimpi. Jika kini aku tidak ada, lantas siapa mimpi yang sesungguhnya?
Mimpiku beragam, dengan segala visualisasinya yang tidak pernah dapat aku kira, mimpiku senantiasa menjadikan aku raja jagat raya...
Suatu kali, mimpi mengajakku menuju kota para srikandi. Para kurawa berkumpul dalam mesbah sebagai abdi. Dan di antara kicauan burung gagak malam, mimpi menjadikanku panglima yang bertakhta dalam kubah mulia. Tidak ada yang lebih bahagia ketika aku menggenggam pusaka dan menerjemahkan titah dewa-dewa.
Kali lain, mimpi mengajakku menuju awan. Di mana ribuan Bidadari berbaris untuk menyanyikan kidung syukur atas cinta. Melantunkan puisi dengan iringan sangkakala. Seperti Seraphim dengan petikan harpa, mimpi menjadikanku penjaga sungai suci tempat menyimpan cawan dan hosti. Lalu mereka membabtisku dengan nama seorang wali.
Mimpi begitu mencintaiku seperti aku yang mencintai mimpi dengan segenap hati. Mimpi membuatku betah berlama-lama memejamkan mata, mengatur nafas dan menahannya lebih lama di dada, mengheningkan bising sehingga menyusup hampa. Mimpiku sangatlah tabu untuk di selesaikan. Bukan hakku lagi untuk menyudahi setiap sajian istimewa yang ia tawarkan.
Namun akhirnya timbul keberanian. Untuk membuka kelopak yang telah berkarat karena demikian lamanya di biarkan rapat, menutup jalur masuk pernapasan untuk mengusik kerja paru-paru dan diafragma, memerintahkan serabut otot yang berdecit tatkala di asingkan dari segala bentuk pergerakan badan.
Perlahan...
Aku bangun…
Aku tidak ada…
Aku terlahir karena bermimpi, aku hidup karena bermimpi, dan aku ada karena mimpi. Jika kini aku tidak ada, lantas siapa mimpi yang sesungguhnya?
***
Komentar
Komen juga ke blog aye yak gan: Komen juga ke blog ane ye gan: bit.ly/1I2DVrr
TQ
kapan-kapan boleh dong mampir ke mimpi aku mas :v wkwk
rapi, absurd gimana gitu :)
Udah ggitu aja hehe
banyak tulisan yg lebih bagus. cuma menang di xt aja kamu.
Haha aku kasian sama kamu....mau komen tapi cemen (pake akun anonim)
dihhh...
bdw tulisannya keren, diksinya oke..
Sehat selalu asyiq :) ditunggu postingan selanjutnya.