Kepada Sepucuk Liontin Bermahkota Nikotin


Saya terlalu mencintai pembunuh itu. Oleh sebab itu, saya membakarnya, mereguknya, menjadikannya senafas dengan amplitudo paru-paru saya.

Pembunuh itu tahu saya terlalu mencintainya. Oleh sebab itu, ia mengalah, membuat saya membunuhnya perlahan, agar kemudian dirinya mampu membunuh saya diam-diam. Kelam. Tanpa dendam.

Udara dan darah mengerti, betapa kedua pembunuh itu tidak mungkin bersatu dan menyublim menjadi senyawa tunggal yang mengalir dalam pembuluh arteri.

Oleh sebab itu, mereka berjanji, bahwa suatu hari nanti akan terjadi malfungsi yang membuat kami sadar, dan akhirnya menyesali rasa cinta ini.

Cinta tahu bahwa dirinya seringkali dilibatkan pada situasi sulit yang menjelma dalam varian relasi. Ia tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih, kepada siapa dirinya layak dihinggapi.

Oleh sebab itu, cinta menyerah. Biarlah ia yang menanggung tudingan setiap telunjuk, walaupun ia tidak akan pernah takluk oleh seruan yang mengatakan dirinya terkutuk.



***

Komentar

Unknown mengatakan…
Analoginya keren brohhh...
seperti menyayat kepala menggunakan garpu milik tetangga. :D
Unknown mengatakan…
dalam rokok sebatang, tercipta karya putih. Dengan unsur cinta disetiap hisapannya, yg memacu daya pikir sehingga lahirlah tulisan bagus diatas (y)

Salam satu batang bro!