Rumah

Rumah adalah sebuah titik koordinat terindah. Sebuah tempat manakala musafir yang gamang sekalipun akan tertunduk haru apabila melihatnya. Susunan kayu atau batu, padanan semen atau fragmen, serta tumpuan tanah atau darah, masing-masing mengisyaratkan bahwa sebuah rumah tidak hanya sekedar tempat untuk kembali. Karena sebuah rumah akan selalu menanti kembalinya seorang empunya tatkala tengah pergi mengembara (entah di mana, entah sampai mana).

Peradaban prasejarah juga mengenal sistem koloni nomaden. Agaknya ketika hidup dan mati berjibaku dalam jumlah kelompok, dan hinggap di satu titik dianggap begitu penuh resiko, kita secara naluriah akan berpindah mencari koordinat lain. Seolah tempat bernama rumah dapat hadir dalam setiap wujud, setiap bentuk, tidak terpaut spektrum cahaya maupun lekuk gua.

Kita hidup bersama angin. Sebuah bentuk apresiasi terhadap kefanaan alam dan citra semesta itu sendiri. Begitu luhurnya generasi nenek moyang sehingga alam berbalik meluhurkan mereka sebagaimana mestinya. Lalu persis ketika saat itulah hidup tidak mengenal kata eksploitasi. Karena simbiosa mutualistik timbul dan bergerak dengan begitu asosiatif. Segalanya terpadu dan terangkum oleh petak sawah yang subur gemah ripah. Elok. Hanya itu sejatinya. Begitu riang sekaligus ringan.


Rumah ternyata menyimpan kesegalaan dari segala sesuatu yang terkodifikasi oleh sejarah. Tanah air, tumpah darah, tempat membuka dan menutup mata, denyut degap jantung bersimbah, ataupun kata ‘akhir’ pada sebuah ekspedisi rantau.

Malam ini saya menyadari bahwa esensi dari sebuah rumah tidak hanya sekedar simbol arsitektur ataupun koordinat geometrikal. Karena keniscayaan sebuah rumah, atau sejatinya sebuah rumah, adalah sebuah tempat ketika nafas anda menjadi satu dengan semesta. Lantas menderu dan berpadu pada sebuah gugusan merdu. Dan anda tahu, tiada hawa penolakan di situ.


***

Komentar

Unknown mengatakan…
Selalu keren.
Heran dehh...
Arrrghhh :)
Unknown mengatakan…
Diksi dan analoginya itu lohh :) nice..
Are you really from Earth?
Fara Dhilah R mengatakan…
Harus tanggung jwb pokoknya... setelah baca postingan ini aku yg lg merantau jd pengen pulang :( kamu jahat....hehe
Alvin Hikam mengatakan…
Rumah adalah tempat hati berdiam...