Sementara, wanita ini lebih menyerupai ilusi. dan bagaimana mungkin bisa, wahai sahabat, menyapu sebuah ilusi? Lebih lagi ketika daya magisnya telah terpatri bagai relief di serat nadi? Lain halnya dengan kenangan, ilusi akan terus mengalir, bergulir, jatuh, jungkir balik, berpagut mesra dalam aliran zaman tanpa harus menjadi seonggok beban.
Dia lalu bertanya, "Apakah engkau telah seputus asa itu?" Tetapi ini bukan soal asa, wahai sahabat. Bukan pula soal harap. Karena asa dan harap (bagi saya) adalah mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang belum tercapai. Misi itu masih berlangsung. Misi menuju hasil, dengan mengorbankan hal-hal prinsipil, bahkan seringkali tiada dirasa adil.
Sementara, wanita ini lebih menyerupai kosong. dan bagaimana mungkin bisa, wahai sahabat, menghilangkan sesuatu yang telah kosong? Dia ada. Tepat di sana. Namun tiada jemari yang mampu mewakili letaknya. Wanita ini tidak untuk di tunjuk oleh panca indera. Dirinya adalah nihil di tengah kerikil ganjil. Lain halnya dengan asa maupun harap, kosong tidak cukup nyata untuk di tuju. ia akan terus ada untuk menopang apa yang tidak kasat mata, tanpa harus kehilangan pertanda pun prasangka.
Terbilanglah sejumlah malam yang habis dengan cuplikan singkat kenangan akan dirinya. Kenangan yang saya ceritakan kepada anda, wahai sahabat. Terima kasih untuk mendengar. Terima kasih karena tidak menganggap ini sesuatu yang bingar. Terima kasih atas atensi yang tiada terlihat pudar. dan terima kasih.
Itu saja...
***
Komentar
sumpah keren banget kata2nya,, dirinya nihil ditengah kerikil ganjill,, dalem banget maknanya
yg ini dalem banget njirrrr